Translator

English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google

Wednesday, July 21, 2010

"Sejarah Rupiah" (Bag. 1)

Pada periode 1945 -1949, ketika Jepang mengalami kekalahan dari sekutu, Belanda merancang untuk menjajah kembali Indonesia. Salah satu cara yang ditempuh Belanda adalah menguasai peredaran uang. Ada empat macam uang yang beredar pada masa itu, yaitu :
a. Uang yang tersisa dari zaman kolonial Belanda: De Javasche Bank.
b. Uang yaang sudah dipersiapkan Jepang dengan bahasa resmi Hindia Belanda bernama De Japansche Regering.
c. Uang pendudukan Jepang, yang menggunakan Bahasa Indonesia bernama Pemerintah Dai Nippon, adalah uang pecahan bernilai 100.
d. Dai Nippon Teikoku Seibu dengan pecahan 10 (bergambar Gatot Kaca) dan pecahan 5 (bergambar Rumah Gadang).

Pada tanggal 29 September 1945, pasukan Belanda pimpinan Dr. H.J. Van Mook mendarat di Tanjung Priok untuk melucuti dan memulangkan tentara Jepang yang kalah perang. Tanggal 6 Maret 1946 Belanda melarang tentaranya menerima uang Jepang, dan sebagai gantinya Belanda mengedarkan uang NICA (Netherlands Indische Civil Administration) yang dicetak di Australia tahun 1943 yang bergambar Ratu Wilhelmina. Belanda memaksakan uang ini sebagai alat pembayaran yang sah. Perdana Menteri Sutan Syahrir memprotes keputusan Belanda sebagai pelanggaran terhadap kedaulatan RI dan mengingkari perjanjian untuk tidak mengeluarkan mata uang baru selama situasi politik belum stabil. Alat pembayaran ini menimbulkan kesulitan bagi masyarakat yang tinggal di daerah pendudukan seperti Jakarta, Bogor, Bandung, Surabaya, , Semarang, Palembang dan Medan. Masyarakat yang tinggal di daerah pendudukan menerima upah dalam bentuk uang NICA, sementara itu para petani (yang tinggal di luar daerah pendudukan) hanya menerima uang Jepang yang merupakan uang sah RI sebagimana dianjurkan oleh Pemerintah Republik Indonesia.

ketidakpercayaan terhadap uang NICA menyebabkan kursnya (nilai tukar) merosot terhadap mata uang Jepang. Harga barang di daerah pendudukan pun membumbung tinggi. Oleh karena uang Jepang tersedot ke daerah pedalaman tempat produksi kebutuhan sehari-hari. Di daerah ini juga terjadi inflasi tinggi dan diperburuk oleh sulitnya pendistribusian barang dari pedalaman ke daerah pendudukan.
(bersambung)

Baca juga ini:



No comments: